Malam yang bising mesin kendaraan yang lalu lalang. Lampu merah melihat setiap yang lewat arah desaku jambur ke purba dan sebagian menyusuri jalan abri.
Betapa banyaknya model manusia yang malam ini di habiskan menunggu larut malam semakin dingin.
Ada nongkrongan TST, asap jual sate, suara minyak gorengan, aroma bakso, warna manis gulali, boneka-boneka imut terpajang, pengamen, ibu-ibu karokean berdandan badut.
Malam makin sunyi dari orang-orang, yang pacaran pun telah menghilang dari meja angkringan. Entah kemana . Angin malam menyapa tubuhku. Jam berapa kita pulang.
Tiap sudut kota makin sepi. Meninggalkan cahaya lampu jalanan. Dan lampu merah itu tetap setia bergantian dengan hijau kuning.
Akhirnya kursi TST ini ditinggal begitu saja. Bersma daun- daun kering yang dari tadi berjatuhan. Jatuh ke tanah, ke akar, ke meja, ke atas kepala, ke makanan dan keminuman tak lupa terselip di telinga seolah aku sedang menikmati kelapa muda di pantai bali.
Selamat malam. Tak ada lagi ucapan itu. Kecuali kemaita mulak get modom ulala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar