Malam hari ayah mengeluh, menyesal setelah di vaksin. Mungkin ini sebuah gejala bahwa ayah tidak cocok menerima obat covid 19 itu. Siangnya ayah kembali berbaring dan tidak bekerja.
Namun ayah terus memaksakan diri harus bangkit dari sakitnya. Ayah tidak ingin menunjukkan kelemahannya. Apalagi saya sudah tidak bekerja dua bulan belakangan ini. sepertinya ayah tidak ingin kami kelaparan.
Sampai-sampai ayah relah mau di vaksin mendengar dari orang-orang bahwa siapa orangtua yang di vaksin di polres mompang bakal dapat duit. Ayahku tergiur supaya kami tetap makan enak nanti malam dan besok pagi.
Tenaga ayah tak seperti sebelum di vaksin lagi. Kekuatan tubuh dan semangatnya berkurang. Semakin ayah bekerja, tubuh ayah makin lemah dan ayah saat ini sakit pinggang matanya seperti kebingungan.
ayah malas makan dibuatnya. Kata ayah dia tidak mau lagi di vaksin kedua. dankami sebenarnya merasa sedih melihat ayah lebih banyak berselimut menahan sakitnya. Aku sering masuk kamar menangis dan tidak menunjukkannya pada abang kakak di luar.
Sabtu 15/1/2022
Aku menatapi badan ayah makin kering, tulang rusuknya mulai nampak, wajahnya pucat, uban ayah makin bersih putih karena bantal. Sarung kesayanganku di pakai ayah sejak sakit seminggu ini ia tak mau menggantinya. Begitupun bantal baruku ayah senang tidur di atasnya.
umak begitu peduli dengan kesembuhan ayah. dan kami semua anak dan cucunya kumpul di rumah. ikutmerasakan kesakitan ayah. kata ayah dia cuma sakit pinggang. tapi batuknya kedengaran berdahak. suara ayah lembut hampir tak kedengaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar