kami adalah pindahan ke kampung ini, dan aku masih duduk di kelas satu caturwulan ke III. sebentar lagi ujian dan pastinya tidak tahu apakah aku naik kelas pada tahun ini, karena catur wulan I dan II raportku masih dua lembaran hvs tanpa sampul dari SD lubuk gobing, jadi aku tak percaya kalau nanti fasca ujian aku naik kelas.
kami tinggal menumpang di tanah milik tuan takur suami dari ibu tin, sepasang suami istri kakek dan nenek ini adalah salah satu tuan tanah desa terpencil hutaraja, mereka memiliki kebun karet siap sadap, coklat, jeruk manis, jambu, tebu, dan seluas sawah serta lahan kosong cocok untuk ditanami sayuran, serta tanaman lainnya, diatas tanah tersebut terdapat sebuah rumah panggung mini jika dikatakan gubuk terlalu besar, dilengkapi teras, ruang tamu, dapur, dan kamar, ditambah kandang itik dibawah rumah tersebut, di halaman rumah kecil ini ada dua kolam ikan. Adapun batas-batas tanah tersebut, sebelah utara anak sungai, timur jalan raya dan sungai, selatan kebun orang tidak dikenal, selatan kebun karet. Didalam gubuk itulah kami tinggal sekeluarga, ayah, umak, abang hadi, abang bayo, Aku, kodir dan irham.
Di tengah hutan ini tanpa tetangga sanak famili ataupun handai dan tolan. tidak terlalu jauh sebenarnya jarak antara jalan raya ke gubuk ini, hanya berjalan sepanjang 5 menit saja sudah sampai, berjalan lurus dari bawah rimbunan pohon coklat, lalu ada dua kuburan sebelah kanan trus naik dua anak tangga tanah yag dicangkul baru gadu kolam, nah,,, gubuk yang ada disitulah rumah kami, tempat tinggal kami melanjutkan hidup.
Ayah dan abang hadi setiap hari menyadap karet, terkadang umak ikut kalau saat mandaek, karena umak kesibukannya menggarap sawah disekitar pekarangan rumah, sekalian mengasuh irham yang masih menyusui, jika umak turun kesawah sikodir yang menjaganya mengayun-ayun irham didalam kain gendongan yang umak ikatkan di tiang rumah, sementara aku dan Abang bayo tiap hari sekolah ke SD kampung hutaraja yang terletak di ujung kampung paling utara.
Ditengah hutan ini, kami bercocok tanam berupa sayur-sayuran, bertani, kolam ikan, ternak itik dan ayam. karena segalanya lengkap disini,
kami tinggal menumpang di tanah milik tuan takur suami dari ibu tin, sepasang suami istri kakek dan nenek ini adalah salah satu tuan tanah desa terpencil hutaraja, mereka memiliki kebun karet siap sadap, coklat, jeruk manis, jambu, tebu, dan seluas sawah serta lahan kosong cocok untuk ditanami sayuran, serta tanaman lainnya, diatas tanah tersebut terdapat sebuah rumah panggung mini jika dikatakan gubuk terlalu besar, dilengkapi teras, ruang tamu, dapur, dan kamar, ditambah kandang itik dibawah rumah tersebut, di halaman rumah kecil ini ada dua kolam ikan. Adapun batas-batas tanah tersebut, sebelah utara anak sungai, timur jalan raya dan sungai, selatan kebun orang tidak dikenal, selatan kebun karet. Didalam gubuk itulah kami tinggal sekeluarga, ayah, umak, abang hadi, abang bayo, Aku, kodir dan irham.
Di tengah hutan ini tanpa tetangga sanak famili ataupun handai dan tolan. tidak terlalu jauh sebenarnya jarak antara jalan raya ke gubuk ini, hanya berjalan sepanjang 5 menit saja sudah sampai, berjalan lurus dari bawah rimbunan pohon coklat, lalu ada dua kuburan sebelah kanan trus naik dua anak tangga tanah yag dicangkul baru gadu kolam, nah,,, gubuk yang ada disitulah rumah kami, tempat tinggal kami melanjutkan hidup.
Ayah dan abang hadi setiap hari menyadap karet, terkadang umak ikut kalau saat mandaek, karena umak kesibukannya menggarap sawah disekitar pekarangan rumah, sekalian mengasuh irham yang masih menyusui, jika umak turun kesawah sikodir yang menjaganya mengayun-ayun irham didalam kain gendongan yang umak ikatkan di tiang rumah, sementara aku dan Abang bayo tiap hari sekolah ke SD kampung hutaraja yang terletak di ujung kampung paling utara.
Ditengah hutan ini, kami bercocok tanam berupa sayur-sayuran, bertani, kolam ikan, ternak itik dan ayam. karena segalanya lengkap disini,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar