Selasa, 24 Maret 2020

Perjalanan Sang Pengabdi Honorer inilah catatannya


Apa yang kulihat itulah yang kutulis meskipun kutak pandai menceritakan sesuatu hal paling tidak zaman ini telah membantuku untuk memotret sebuah kenyataan dalam kemiskinan rakyat di indonesia. Batinku berkata-kata lihatlah dunia yang glamor ini. kota-kota besar yang arogan, tak lain yang mereka sombongkan itu adalah hasil jerih orang-orang miskin ini. Aku masuk kawasan batahan IV yang menyambutku pertama adalah jalan tanah berdebu bila siang mentari. tapi awal aku kesini bulan nopember, puncaknya hujan deras, jalan ini digenangi air sampai aku tak yakin ini jalan lintas kecuali anak sungai yang mematikan orang-orang di dalamnya. sampai disebuah jembatan panjang tergantung tua diatas Sungai Muara Bangko telah berkarat, papannya berhamburan hingga ku dapat melihat jelas sungai itu menakutkan dibawah, takkan ada harapan hidup jika jatuh lalu hanyut.
Jembatan Muara Bangko penghubung desa-desa kecil di kecamatan Batahan
kiri kanan kupandangi bagaimana kehidupan manusia disini, rumah mereka membawaku kesuasana zaman yang asri belum di katakan kolot, awal zaman mulai modren mengenal uang kertas, namun entah untuk apa disimpan begitulah kira-kira persepsiku, kalau dikatakan rumah disini desain ter tinggal tidak juga, orang banyak hanya mengeluh udah lama kampung ini merdeka kecuali jalan lintasnya, total melambatkan perputaran ekonomi mereka. jauh dari kata-kata kolot warganya sebab kemajuan berpikir mereka lebih canggih sudah memikirkan masa depan cucu cicit mereka dalam kerja keras hanya saja mereka terlalu banyak menelan janji-janji kampanye sampai sekarang rumah mereka diselimuti debu-debu jalanan.








Aku memandang sebuah masjid tua berada persis dibelakang rumah warga, ingin rasanya sejenak kesitu namun aku belum mau menyempatkan diri





























































































Facebook : Mahdian Tamin Rangkuti WhatShapp : 081362670771

Tidak ada komentar: