Subuh dingin mengundang malasku solat subuh. Tarahim menyentil daun telingaku agar bangun dan beranjak ke mesjid ikhlasiyah. Kini
sebelum kodir berangkat sekolah, irham masih lelap dalam tidurnya, beberapakali
ayam jagonya membangunkan "uzkuru yagofilun" tak ia hiraukan, bahkan
si jago menarik selimut irham menaiki perutnya tak sadarkan diri juga, pagi
ini umak tak mau menyuruhku kerja, tapi membelikkan lontong tua satapak buat
sarapanku, supaya cepat di daftarkan pagi ini ke pesantren ma'had darul azhar.
Beberapa kali umak komentar kain sarungku yang masih berlidah lipatan bawahnya,
dan wadimoornya harus dibelakang, kata umak cara guru madrasahnya dulu begitu
kalau bersarung. Dengan rasa gembira mau berangkat ke al-azhar, tangan Nenek
yang slalu duduk dipintu rumahku kusalam dan kuciumi tangannya minta restu,
etek umak tondang juga, yang tak pernah kulupakan umakku tersayang. Dan tak
sudi pamit ama kodir yg masih di aek bondar mandi pagi juga irham masih ngorok.
Yang penting aku di antar ayah ke al-azhar untuk mendaftar calon santri tahun
ajaran 2003/2004.
Jarak rumahku ke pesantren tak terlalu jau, jalan kaki santai hanya sekitar
15 menit saja untuk ukuran kakiku yg masih pendek, ditambah lagi
membetul-betulkan sarung, merapikan kancing baju koko yg tak teleng. Langkah
kaki ini semakin dekat di tanjakan bawah jengkol pesantren, rasanya dag-dig-dug
denyut jantungku pas dipintu kantor guru lalu ayah mengetok pintu yang tertulis
di atas pintunya "........"
"Assalamu'alaikum"
ayahku bersalam dan aku copot sendal
jepit swallow masuk dengan sopan mengikuti tata krama ayah menyalim buya H.
Husni Musthofa, guruku dulu di madrasahnya yang kami juluki sekampung namanya
buya bagas.
"Wa'laikum salam tuan. Silahkan masuk"
tersenyum ramah dan menyapa ayah
membenarkan aku yg mau sekolah disini, sambil mempersilahkan ayah duduk bersama
buya di atas ambal bersih, tak satupun butir pasir atau kotoran hewan, ruangan
ini begitu sejuk meskipun sederhana, aroma kasturi buya tercium dari jubahnya,
kupandangi ruangan ini begitu simpel meskipun tak seperti perkantoran pada
umumnya dindingnya tergantung dua kaligrafi bersulam benag emas di atas kanfas
hitam dibingkai kacanya agar debu tak mampu melekat satupun di khot sulus ayat Qursy dan ayat Seribu dinar itu.
Beberapa unit komputer masih aktif windowsnya rapi dan lenkap dengan kursinya di
bagian dinding kanan pintu masuk pokir. Tiada ada kursi diruangan ini kecualai
kursi komputer. Didekat meja buya ada lemari buku tersusun rafi layaknya
susunan batu simpel berwibawa rasanya ingin memiliku buku seperti itu, beberapa
jilid kitab hadis bukhari muslim dll.
Sambil ayah berbincang-bincang denga buya. Buya menyuruh salah satu santri
yang sudah lama kukenal wajahnya. Tapi namanya belum saya tau. Lelaki ini
sering solat magrib di mesjid ikhlasyiah bahkan satu saf denganku, buya bagas
menyuruhnya.
"Buya Ali, ajari dulu adekmu mengisi formulirnya" perintah buya
Dengan ta'atnya ia melaksanakan perintah buya, memantapkanku jadi sekolah
disini, meskipun beliau direktur pesantren ini, tawaduk dan cara menyambut tamu
bahkan dengan muridnya ia samakan wibawanya seolah beliau bukan pemilik sekolah
ini. Matanya seumpama berkata, pesantren ini milik bersama.
Bang alimengajariku mengisi formulir pendaftaran siswa baru dimana bagian
yang tidak saya fahami. Sambil mengisi formulir, di pitu depan saya sempat
melihat patayat sibuk dalam aktivitasnya masing-masing, dua orang yang pernah
teman sebangku di sd dulu pun melihatku didalam kantor, dia itu Robiyatul
adwiyah ia membisikkan sama temannya sie
nikmah
" he....sini..tegok itu ada mahdian tamin,"
Sambil tersenyum2 mereka berdua dibalik kaca kepadaku dan melambaikan
tangan mereka gembira, dengan kehadiran sahabat lama mereka akhirnya nyantri
juga. Aku belum tau kalau laki-laki dan perempuan dilarang ketat berkomunikasi
di pesantren ini, hukumnya diharamkan, pantas mereka berdua lari dengan jilbab
panjang warna pns terbirit-birit kekelas pas ada suara ummi bagas.
"Heeee ada apa klen disitu. Hoooowoo"
Aku hanya sekejap saja melihat dua tomboy itu heran masuk pesantren juga,
seolah bukan mereka dulu yang ikut main bola, lalu mengajakku bermain
tali, bermain karet, main bola kasti, dll segala permaianan akhirnya di tanggalkan
al-azhar. Seolah pesantren ini menghancurkan berhala di sekeliling ka'bah.
pulang dari kantor Al-azhar aku dan ayah pulang kerumah satnya aku menunggu tanggal testing jika lolos ujian nanti masuk, sebliknya jika gagl berarti aku takkan seklah lagi selmanya. ini adalah satu-satunya harapanku untuk melnjutkan pendidikan tingkat pertama, aku hanya bisa menyalahkan diriku dan keadaan kami, lebih aku benci lagi pada pemerintah yang mewajibkan belajar 9 tahun akan tetapi biaya pendidikan sangat membunuh. tiap hari umak matubekbek karna tak ada lasiak sira, begitu hutang beras belum terlunasi di lopo amang boru saripul pekan lalu kini akan berhutang lagi, jika berhutang kerap sekali kami disuruh ayah dan berjanji melunasinya hari senen.
nasibku begitu sadis bagaimana dengan sekolahku nanti, tapi umak sudah bercerita sekalian menasehatiku agar sekolah harus sungguh-sunguh manfaatkan yang sudah ada jika mau sekolah harus bisa markancit, harus disabarkan walaupun margule sira, jika ingin sukses kuncinya sabar, tak usah ikut-ikutan selera orang yang penting buatlah untuk dirimu sendiri bagaimana caranya senang dan janga mengharapkan belas kasihan orang pikirkalah bagaimana engkau bisa senang dan menyenangkan orang lain.
seminggu lamanya menunggu tanggal ujian masuk di Al-azhar, kusempatkan dengan umak menanam sayur mayur di kobun pasir bulu, di pinggir kebun ini penuh bulung gadung agar ada calongon umak tiap pekan supaya ada tambah-tambah belanjaku di pesantren nanti, di tengah jagung yang mulai berjagar kami tanami kacang tanah mumpung musim hujan, kata umak semoga jika panen nanti ada uang membeli kompor tingkuwan dan buku-buku pelajaran.
aku selalu berdo'a dengan turunnya hujan ini membawa berkah pada tumbuh-tumbuhan yang kami tanami, semakin dekat tanggal ujian rezekipun semakin berdatangan, belum lagi sekolah bahkan aku belum apkah kau lulus nanti, belum ada tanda-tanda yang ada hanya aku merasa gemetaran dan merasa iba pada diriku sendiri mengingat teman-temanku yang lain sudah memakai seragam impianku yaitu putih biru dongker itu, jika aku ke sawah siram-ram mobil angukat umum itu seolah layas padaku membawa anak-anak smp pulang balik bergelantungan di pintu angkot itu.
tinggal menunggu beberapa hari lagi, hari senen akan tiba berarti testing santri baru al-azhar angkatan 2003 pun segera dimulai, waktu di kebun hari sabtu itu, pemilik kebun pisang sebelah memberikan semayang pisang pada ayah, begitu juga etek memberikan se haromduk singkkong untuk dijual umak, sepertinya ini rezekiku yang hendak sekolah ke pesantren. aku berharap ini adalah rezeki masuk pesantren.
etek tanyak apakah aku jadi masuk pesantren, nanti kalau di pesantren harus bisa bersabar.
"jadi ma ho gendut n sikola pesantren ni buyai"
" lalu etek, ari sinayan dope testing"
"bisa ho ma baya i, mangapi-ngapil kian maho so lolos testing nai, tar rukun iman dot mangaji maiai dabo"
"imada etek, ngauboto sanga lalu au pei"
" imadah ,,,anggo dung lalu sikola angkon nasabardo, idaho ma alk umakmu, nasosong do baya pangomanna, jadi margule sira pe iba angkon na bisa do, anggo naget sikola"
"olo etek"
aku hanya bisa menanmpung semua nasehat-nasehat orangtuaku, keluargaku mendukung penuh agar aku terus sekolah bagaimanapun tantangannya.
hari minggu aku tak lagi ikut ke kebun ataupun kesawah, malam itu aku di suruh umak menghafal kembali semua pelajaranku saat di madrasah GUPPI, membuka kembali buku pelajaran nahu, sharaf, tarekh, lugot, tauhid, tajuid, sinar sahara, dan juz 'amma serta bacaan al-qur'an. siapa tau itulah yang di uji besok. malam itu aku terakhir tidur di temani lampu teplok, semua pelajaran sekolah arab ku hafal. satupun tak ada pelajaa sekolah SD, hati ini memmang sudah sedikit kacau, terkadang kuambil buku-buku paket SMP abang bayo. terutama ekonomi dan kamus bahasa inggris-indonesia 1o juta.
+Halaman Printing and Packaging Corp. 2
pulang dari kantor Al-azhar aku dan ayah pulang kerumah satnya aku menunggu tanggal testing jika lolos ujian nanti masuk, sebliknya jika gagl berarti aku takkan seklah lagi selmanya. ini adalah satu-satunya harapanku untuk melnjutkan pendidikan tingkat pertama, aku hanya bisa menyalahkan diriku dan keadaan kami, lebih aku benci lagi pada pemerintah yang mewajibkan belajar 9 tahun akan tetapi biaya pendidikan sangat membunuh. tiap hari umak matubekbek karna tak ada lasiak sira, begitu hutang beras belum terlunasi di lopo amang boru saripul pekan lalu kini akan berhutang lagi, jika berhutang kerap sekali kami disuruh ayah dan berjanji melunasinya hari senen.
nasibku begitu sadis bagaimana dengan sekolahku nanti, tapi umak sudah bercerita sekalian menasehatiku agar sekolah harus sungguh-sunguh manfaatkan yang sudah ada jika mau sekolah harus bisa markancit, harus disabarkan walaupun margule sira, jika ingin sukses kuncinya sabar, tak usah ikut-ikutan selera orang yang penting buatlah untuk dirimu sendiri bagaimana caranya senang dan janga mengharapkan belas kasihan orang pikirkalah bagaimana engkau bisa senang dan menyenangkan orang lain.
seminggu lamanya menunggu tanggal ujian masuk di Al-azhar, kusempatkan dengan umak menanam sayur mayur di kobun pasir bulu, di pinggir kebun ini penuh bulung gadung agar ada calongon umak tiap pekan supaya ada tambah-tambah belanjaku di pesantren nanti, di tengah jagung yang mulai berjagar kami tanami kacang tanah mumpung musim hujan, kata umak semoga jika panen nanti ada uang membeli kompor tingkuwan dan buku-buku pelajaran.
aku selalu berdo'a dengan turunnya hujan ini membawa berkah pada tumbuh-tumbuhan yang kami tanami, semakin dekat tanggal ujian rezekipun semakin berdatangan, belum lagi sekolah bahkan aku belum apkah kau lulus nanti, belum ada tanda-tanda yang ada hanya aku merasa gemetaran dan merasa iba pada diriku sendiri mengingat teman-temanku yang lain sudah memakai seragam impianku yaitu putih biru dongker itu, jika aku ke sawah siram-ram mobil angukat umum itu seolah layas padaku membawa anak-anak smp pulang balik bergelantungan di pintu angkot itu.
tinggal menunggu beberapa hari lagi, hari senen akan tiba berarti testing santri baru al-azhar angkatan 2003 pun segera dimulai, waktu di kebun hari sabtu itu, pemilik kebun pisang sebelah memberikan semayang pisang pada ayah, begitu juga etek memberikan se haromduk singkkong untuk dijual umak, sepertinya ini rezekiku yang hendak sekolah ke pesantren. aku berharap ini adalah rezeki masuk pesantren.
etek tanyak apakah aku jadi masuk pesantren, nanti kalau di pesantren harus bisa bersabar.
"jadi ma ho gendut n sikola pesantren ni buyai"
" lalu etek, ari sinayan dope testing"
"bisa ho ma baya i, mangapi-ngapil kian maho so lolos testing nai, tar rukun iman dot mangaji maiai dabo"
"imada etek, ngauboto sanga lalu au pei"
" imadah ,,,anggo dung lalu sikola angkon nasabardo, idaho ma alk umakmu, nasosong do baya pangomanna, jadi margule sira pe iba angkon na bisa do, anggo naget sikola"
"olo etek"
aku hanya bisa menanmpung semua nasehat-nasehat orangtuaku, keluargaku mendukung penuh agar aku terus sekolah bagaimanapun tantangannya.
hari minggu aku tak lagi ikut ke kebun ataupun kesawah, malam itu aku di suruh umak menghafal kembali semua pelajaranku saat di madrasah GUPPI, membuka kembali buku pelajaran nahu, sharaf, tarekh, lugot, tauhid, tajuid, sinar sahara, dan juz 'amma serta bacaan al-qur'an. siapa tau itulah yang di uji besok. malam itu aku terakhir tidur di temani lampu teplok, semua pelajaran sekolah arab ku hafal. satupun tak ada pelajaa sekolah SD, hati ini memmang sudah sedikit kacau, terkadang kuambil buku-buku paket SMP abang bayo. terutama ekonomi dan kamus bahasa inggris-indonesia 1o juta.
+Halaman Printing and Packaging Corp. 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar