Rabu, 23 Maret 2016

Kisah 3 Serangkai Santri Darul Azhar Huraba Siabu




Mereka bilang kami TIGA SERANGKAI
 
foto bersama santri al-azhar huraba
  Akulah pangkal semua persahabatan ini, dimana ada mahdian disitu ada aliamsyah dan ahyar, Ejekan santri pada kami". Mereka dua tahun adek kelasku. Kisah sedu sedan dan perasaan banyak pesan- kesan yang kami ukir selama di asrama al-azhar huraba. bagaimanakah kisah selanjutnya , ikuti ceritanya di (KENANGAN TERINDAH TIGA SERANGKAI DI PESANTREN DARUL AZHAR HURABA -siabu) atau klik; mahdiantaminrangkuti.blogspot.com

"ini Ahyar, dia adek dari buya azwar seorang abang kelas terpintar sepanjang sejarah al-azhar yang kutau, dan dia juga guruku, aku menganggap  mereka keluargaku. Setelah aku yang memasak makanan untuk buya azwar beberapa bulan sebelum beliau nikah, tak kubedakan ambil alih dengan adiknya ahyar yang masuk pesantern murid baru pada tahun ini, 2005.  Dia bersamaku setelah kutanya beberapa kawan-kawan, "adek bg azwar itu yang mana" . sikembar abangan menunjukkan padaku pake muncungnya kayak kucing merajuk : " tu anaknya yang kecil lagi cungkring, dikampung anaktu yang pintaran lho bg, sama seperti bg azwar, bahkan sekeluarganya pintar semua" , -Tandasnya ringkas.

akhyar sekarang udanh jadi al-hafiz dan guru takhfiz, masih lajang
Aku salut mendengar pernyataan ini, bola mataku masih mencari-cari yang mana anaknya, karna aku dan abangan berbicara di depan pitu pertama dari gerbang asrama atas sebentar
saja, sepertinya bayangannya sudah di lensa mataku, tapi aku hanya prediksi seorang anak kecil telah lama berjinjit di atas peti almari menggantungkan baju solatnya koko putih di paku yang karatan didinding asrama sebelah wc  kamar mandi atapnya sudah berlipat dan helpat karna kaki nakal kami menjemur tikar dan bantal di atas sengnya. Rupanya benar aku salah sangka, anak itu muhammad soleh namanya, orang batang toru juga.

Malam menjelma larut di jam 10:00 wib memaksa kami wajib tidur, itulah undang-undangnya di asrama. yang belum tidur bisa jadi dihukum berat, membersihkan seluruh area asrama, termasuk kamar mandi dan dapur bau minyak tanah itu. Tikar berukuran mini Dari tadi ku kembangkan, sama seperti kawan-kawan seisi kamar, kami berjejeran lurus bagaikan kuburan di kota-kota. Membentangkan tubuh yang seharian belajar dan berimajinasi. Tiba-tiba seorang anak kecil menghempaskan bantal usang  dan selimut putih bergambar bunga pudar warnanya di atas tikarku, aku hampir kaget, mengamatinya tanpa meragukan, dan ia duduk sopan di dekatku, di atas tikarku yang sudah rapuh di bagian pantat, ia berlahan membaringkan badannya sambil membuka buku yang dari tadi dipeluknya si 20lembar itu, kulihat sampulnya Nahu buku bekas dari bg azwar. kulirik ia komat-kamit menghafal bab kalam, sampai ia berhenti sambil lirik buku dan kedipkan mata, aku baru tebak.
 "Kamu ahyar adeknya bg azwar kan".
Dengan senyum ramah dan grogi ia menjawab.
 " iYa bg"
Aku lanjutkan bisik-bisikku menceritakan padanya kalu bg azwar pernah bilang, tahun ini adiknya masuk pesantren. Dan ia menitipkannya padaku untuk sementara satu kompor dulu denganku. Aku bangga di percaya seorang guru salah satu  favorit di kelas kami.

aliamsyah dan istrinya saat foto weding
dan, ini ali amsyah harahap. sekarang dia udah menikah dengan boru jawa di kota medan. 
awal dia masuk alsrama al-azhar aku menegnalnya di bangku panjang depan asrama atas, melihatnya menangis tanpa seorang teman, dan aku coba hampiri dan menyapanya.

"murid baru yah dek" sapaku
 karena postur tubuhnya lebih tinggi dari aku, jadi takut salah jangan-jangan dia abang kelasku, tapi tak mungkin soalnya dari kelas dua hingga kelas tiga kukenali semua. sama seperti santri al-azhar lainnya, tak ada yang ngak kenal dengan yang namanya bang mahdian tamin rangkuti al-jambury.

"ia bang" rengeknya...
 sambil mengusap air matanya dengan sorban yang dilehernya masih kedengaran sedih isak tangisnya, entah apa penyebabnya ia menangis, tapi biasanya paling kangen ama orangtua, udah hal biasa hampir di alami semua santri yang mondok. tapi aku masih coba tanya apa ia senang sekolah disini.
"kenalkan, namaku mahdian dari jambur, jadi kamu orang mana? sapaku, enak kan disini sekolah!!! tambahku, sambil ku ulurkan tanganku, berharap ia menjabatnya dan menjawab pertanyaanku.
" namaku aliamsyah bang dari aek badak"
 kami berbincang-bincang panjang karena baru pulang sekolah. jadi waktu kami untuk kombur lumayan panjang sambil menunggu azan zuhur tiba. rupanya panjang lebar percakapan kami akhirnya ada seorang teman kelasnya bilang kalau aliamsyah menangis karena di tegur salah seorang guru karena perawakan aliamsyah agak kemayu, itulah yan g membuatnya menangis dan tak betah lagi nyantri, tapi ada seorang guru memanggilnya ke depan saat pergantian pelajaran, dia di nasehati supaya jangan ambil sakit hati kalau dapat teguran, dan insiden ini antara kedua guru tersebut jadi berselisih pendapat, itulah keterangan yang penulis dapat dari sang nenek otang dan kakek maldo.

dan ini aku"

duduk di depan asrama ini memang sangat sejuk memandang pohon durian ompung janggut. pohon durian ini sepertinya berusia puluhan tahun, gagah menjulang tinggi  melambaikan daunnya berusaha menghalanngi cahaya matahari masuk asrama di sore hari. sambil membuka kitab menghafal pelajaran. kebanYkan kami menghabiskan waktunya bersantai di teras ini, apalagi durian setinggi menara eifel ini mulai berbunga, burung-burung kelelawar datang berebut madu yang tersimpan di dalam genggaman jemari bunga-bunga durian, menaburkan serbuk sari akibat berebut jadi tontonan kami paling seru dimusim buah. dibawahnya ratusan pohon rambutan berjejer, membuat iman kami runtuh seketika jika berbuah. kenapa tidak,setiap berbuah pasti menjuntai kedalam pagar lapangan asrama menjadi  buah terlarang bagi kami sebagai santri memandanginya sama halnya dengan teguran dalam catatan kitab makhfuzot  di telan pahit dibuang sayang hukumnya haram tetap kami habiskan karena alasan rambutannya melampaui batas. bukan saja durian dan rambutan, langsat pun ada. nenek janggut tak bisa dimain-mainkan, sedangkan lewat saja ke lapangan bola simaninggir dari situ dikejarnya sampai dapat kalau tidak katapelnya yang ngejar.

malam penuh suara diasrama dari bacaan al-qur'an dan menghafal kitab kuning nahu, sorof, hadis, tafsir, tarekh, makhfuzot dan lainnya ditambah lagi suara kombur. berbagai kegiatan yang bermanfa'at hingga mudarat tersaji lengkap di asrama atas dan tak kalah asrama bawah. anak kelas satu masih biasa kejar-kejaran dari bawah hingga ke lantai dua, suara telapak kaki mereka mengganggu yang lagi khusu' mengulang pelajaran sebagian mereka berhasil mengajak abang kelasnya kejar-kejaran diasrama panggung ini. 

jagoannya memang kelas satu kalau masalah kejar-kejaran, buktinya papan asrama dipintu dua tempat si soleh banua ambruk kakinya tergantung di atas musolla. ini baru gantian ketawa yang khusu'pun ikut merayakannya sambil mengucap "matehon" tapi yang paling lucunya yang jatuh itu cuman pakai sarung dan ngak pake CD, gawat si tono terjepit deh. 

sebenarnya bukan itu yang ingin dibahas, tapi persahabatan kami terjadi karena sering tukaran lauk, makan bareng, dan main bareng. tiap pagi aku, ahyar, dan aliyamsah selalu sama-sama ke dapur, membawa potongan-potongan kentang, kol, kadang tempe dan belahan ikan sampah/rebus kadang ikan teri di selang selingi tiap harinya sayur khas anak pondok tahun ketahun. bumbunya pun tak begitu lengkap, cuman ditambah sebelah irisan bawang sebelah lagi untuk besok, setengah sedok makan cabe dan garam di jari tengah, telunjuk, dan ibu jari di celupkan ke dalam plastik garam beriodium cap jangkar.

kadang-kadang kami malas memasak lauk karena bosan itu-itu aja, semalam baru kol iris di sambal sekarang kol  gule santan,  

BERSAMBUNG






Tidak ada komentar: