![]() |
Dolok Suanon: mandalasena-desa sidapdap simanosor julu- kec.saipar dolok hole (SDH)- sipirok sidimpuan- tapanuli selatan, sumatra utara |
Rencenanya hari ini kami kekebun ummi stiatun membuat gubuk kecil saja. Dari jam 10 rencananya hingga mas 'ain pulang sekolah. Gara-gara kreta di pake wak koto ayah angkatnya qonita putri satu-satunya ummi atun. Ditelpon-telpon. Satupun ngak ada yang aktif telpon wak koto begitu juga anaknya.
Aku dan harapan di kelinik menunggu keputusan apa jadi ke kebun baru yang di beli ummi seharga 16 juta satu hektarnya itu. Soalnya akupun penasaran dari cerita ummi di perpus saat kami makan nasi goreng ala chef ummi. Kebunnya tebilang murah dan luas datar pula. Tapi jalannya lewat gunung yang masih baru dibuat jalan. Di pinggirnya riakan rura (sungai kecil). Tanamannya belum tersentuh tangan jail manusia. Hanya saja kebun milik ummi sudah datar dan di lobangi rencananya penanaman kopi ateng sipirok.
Sepuluh menit kemudian baru kreta ummi dapat. Dan brangkat menuju lahan kosong yang pertamakalinya aku kesini insya alloh klo tertanjak revo pak harapan melewati antara jurang curam tanah merah licin ini. Di boncengan, Bibirku komat-kamit membaca beribu kalimat tasbih berserah diri pada sang pemilik nyawa. pak Harapan slalu meyakinkanku klo tanjakan ini pasti tertaklukkannya. Terserah sopirnya saja. Aku benar-benar pasrah. Dan aku kuatkan jantung yang selalu gmetar melihat kiri kanan juruang depan turunan dan tanjakan penuh tikungan tajam. Perasaanku daun-daun jurang menjilat-jilat nyawaku. Tapi aku coba bertahan. Melihat kedepan saja. Padahal di depan kami lebih angker melihat ummi saat membonceng putrinya qonita berumur 5 tahun tak sedikitpun ragu dan takut melewati eksprimen mematikan. Nampaknya mereka nikmati perjalanan ini menganggapnya semata-mata ngabuburit, jalan-jalan, bin piknik.
Jalan tanah merah jembatan pertama licin berlumpur karna hujan.
Meski dua rodanya terkilir kanan kiri. Qonit semakin seru ketawa dan slalu berucap " ya...alloh" logat jawanya yang kental. Kedengaran lucu sebenarnya karna gaya suaranya dewasa bangat. Aku yang suka ketawa biarpun tak terlalu kocak adegannya. Aku mudah terpancing terbahak-bahak di glitik bocah jawa campur logat batak ini. Tak sampai tiga menit di jalan lumpur ini. Masuk tikungan kedua baru nyampe setelah melewati dua kali tanjakan dan dua jembatan yang mengalir dibawahnya anak sungai di antara batu-batu besar berlumut pasti di baliknya tempat persembunyiannya udang batu dan gayo.
Al-hamdulillah akhirnya sampai juga ke dataran kebun qonita.
Waaaawwwwhhhhhh...
![]() |
terbang jolo au woiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii |
Subhanalloh pemandangannya sangat menakjubkan. Lebih indah dari yang kubayangkan. Disini rasanya tenang, aman, lepas dari segala problema. Seperti menemukan zabarjud yang longsor dari tanah syurga. Memandang lokasi pesantren modren unggulan terpadu darul mursyid nun jauh disana. Bangunan pesantren darul mursyid kereta api menghiasi mata memandang. Ruas jalannya masih nampak di lewati setitik guru dan karyawan, mungkin itu cs sip siang. Atu jangan-jangan wak ute kata qonit. Hahahahhahahaha.
Disini kami riang bahagia menikmati alam yang penuh kesejukan. Sampai-sampai aku tak ingin kalo fotoku bukan yang pertama disini. Tak mengapa isi daya batreku lowbet kalo hanya selfie di atas bukit ini klo bisa card memry dua giga inipun harus penuh sampe ke memory telpon. Karna si harapan klinik tak mau jepretnya lagi, ah gue kessal membara kecewa. Mungkin takut dia habis gaya kuborong semua... Hahahhahahaha wowowowoowowoiiiiiii
![]() |
dekat simpangmandalasena pemandian tunggal birong |
Mulai dari masuk kawasan ilalang padang datar
Hingga membuat gubuk kecil tempat berteduh dari sengatan panasnya matahari tak ada yang tersisa ku jepret semua lokasinya.
Liat .....rambutku di obrak-abrik angin napurpur. aku bagaikan pahlawan pattimura megang parang tuk menaklukkan kayu hehhehe. Padahal nampakknya di foto kayak mengang ranggas do. Itu karna akibat beratnya nyandang tas yang dari tadi belum ku letakkan entah dimana. Setelah di kembangkan tikar busa bergambar hewan jerapah dan kawan-kawannya. Satu persatu ummi kluarkan isi tasnya. Owalah. Pantesan. Rupanya tasnya doraeomon yang kubawa. Ada nasgor sisa yang tadi 3 porsi lagi. Gorengan dan sambal balado. Aqua botol besar hingga palu dan paku. Taunggak prasaanku membawa tas itam yang mulai rapuh benang sutranya ini. Mangappir bin marngaoli abarai. Dobitnya cari di google.
![]() |
disonma na purpur na |
Angin kencang meniup pucuk-pucuk tajamnya rumput padang ilalang. Mengeluarkan suara musyik seperti di filim horor malam bulan purnama empatblas. Menerbangkan bunga kapas-kapasnya keatas daun-daun sepinggiran lahan. Ada yang nyangkut di ranting pohon bercabang. Mengusir hewan-hewan kecil untuk lari karna kabut awan mulai kelam sebelum azan zuhur berkumandang dari toa masjid hj. Khodijah nun di pesantren.
Tiba-tiba awan gelap itu di teriykkan mas 'ain. Dimaaaaaaasssss. Ceppt mas.... Langsir dulu kreta... Mau ujan ini. Udah glap tu.....suara mas ain menghentikan mesin babat dimas yang seakin seru mendatarkan padang dengan tanah. Lari dan berkemas dengan 'ain. Melangsir kreta. Itu bukan sekedar awan hitam, tapi itu memang benar-benar hujan mengejar kita. Ayooo-ayooo seru qonit dan dimas. Heboh seperti sunami mengejar pantai aceh. Kami lari entah berantah. Tak sempat makan. Kayu-kayu pondok jatuh kembali. Hujan semakin menggusur dan mengguyur jalan. Saat menuruni jalan tanah merah yang baru di traktor ini roda kreta ummi melenceng. Remnya tak berfungsi. Mengarah jurang. Ummi berusaha rem menyeretkan kaki di atas granit_granit. Qonit yang di bonceng paling kutakutkan disAat kami semua sama-sama dalam darurat jika kuturun menahan kreta dari blakang pastinya jatuh juga. Allohuakbar... Degub jantungku bergebu di atas boncengan harapan saat metiknya seperti menyerah, alhamdulillah Ummi berhasil hentikan mesin kreta yang dari tadi tak terkendalikan.
![]() |
jalan pnpm mandiri baru dibuka akhir 2014 lalu inilah yang kami lewati. |
Berpikir seribu kali tak cukup melanjutkan jalan keluar ini. Dua jembatan dua turunan dan tanjakan lagi. Aku minta turun saja. Semua barang-barang aku yang bawa. "Ayooo_nit" Suaraku agak filek memanggilnya di tengah derasnya guyuran hujan.... "Jalan aja kita, biar om harapan, umi sama mas 'ain yang dorong kreta". Aku dan qonit duluan jalan menapaki kaki di jalan licin. Qonit makin asyik dan seru main hujan dan lumpur."Ya...alloh, mas 'ain udah datang". Logat jawanya kembali muncul berkali-kali saat melihat peristiwa baru dan hal yang unik.... "Ayo. Duluan aja nit ama om mahdian kata ummi. Timsar udah datang tu" terang ummi. Bilang mas 'ain naik mengambil kreta yang mati mesin dari ummi. Aku dan qonit mengikuti jalur air yang melongsorkan tanah humus. Satu persatu kreta didorong. Harapan kutinggalkan di atas, sedikit demi sedikit ia geser sambil menunggu dimas dan ain. Seklai dorong nyangkut. Mati mesin lengket. Dinaiki jatuh. Nyawa taruhannya di tengah gemuruh dan hujan yang menerpa daun palam, pakis, daun pisang dan kayu besar seolah ingin tumbang ke arahku semua.
Kreta ain dan harapan dorong melawan mesin tak mau nanjak ke pinggir jalan. Suara mesinnya mengaung-ngauNk di gaskan dimas mencoba jadi anak cross. (ceritanya dikit lagi sambungnya.....tunggu yah )
![]() |
Puisi anak gunung |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar